Selasa, 01 Maret 2016

Makalah Filum Porifera



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau mengandung. Contoh dari porifera adalah sponsa. Sponsa merupakan hawan yang hidup menempel pada suatu substrat di laut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang hidup di air tawar, tetapi sebagian besar hidup di laut. Nama filum ini dari kenyataan bahwa tubuh porifera mempunyai pori-pori. Air beserta makanan masuk melalui pori kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan akhirnya keluar melalui oskulum. Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum.
Tubuh sponsa terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan tersebut terdapat bagian yang  tersusun dari bahan yang lunak disebut mesoglea. Sel-sel yang membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang mengatur aliran sel-sel ini dapat ”menangkap” partikel makanan.
Bentuk sponsa ditentukan oleh kerangka tubuh. Kerangka tersusun dari spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam mesoglea. Spikula tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat). Beberapa sponsa tidak memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang disebut spongin. Sponsa terdapat di perairan yang dangkal di daerah tropis. Bila sponsa diolah dapat digunakan untuk bahan atau alat pembersih.
Seperti yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu subsurat, harus mempunyai cara untuk menyebar keturunannya ke tempat lain.
Untuk tujuan itu sponsa menghasilkan larva kecil yang dapat ”berenang” dengan bebas. Larva tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah menemukan tempat hidup yang sesuai larva akan melekat disitu dan berkembang menjadi hewan dewasa.
Berdasar fosil porifera yang ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang berkembang dari sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu tempat yang agak unik dalam dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa ahli taksonomi, porifera dimasukkan dalam suatu kelompok yang disebut parasoa.

B.     Perumusan Masalah
1.      Apa ciri-ciri hewan Porifera ?
2.      Ada berapa kelompokkah Klasifikasi Filum Porifera ?
3.      Bagaimanakah Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia ?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Mengetahui ciri-ciri hewan Porifera
2.      Mengetahui kelompok Klasifikasi Filum Porifera
3.      Mengetahui Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia









BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Porifera
Porifera dalam bahasa latin, kata Porus berarti Pori dan Fer berarti membawa. Porifera adalah hewan multiseluler (metazoa) yang paling sederhana. Hewan ini memiliki ciri umum, yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons.

B.     Ciri-ciri Porifera
1.      Sudah merupakan Metazoa (Metazoa tingkat rendah), (Metazoa = hewan bersel banyak), sebab walaupun tubuhnya sudah berdiri dari banyak sel tetapi jaringan tubuhnya masih sederhana karena :
a.       Belum mempunyai organ tubuh yang khusus
b.      Belum mempunyai sistem saraf Yang menanggapi rangsang adalah sel-sel individual.
c.       Belum mempunyai saluran pencernaan makanan yang khusus. Pencernaan makanan secara intra seluler (pencernaan makanan dalam sel) karena masih intraseluler maka disebut Parazoa.
2.      Dinding tubuhnya berpori-pori (maka disebut Porifera) dan sudah mempunyai sistem canol.
3.      Dinding tubuhnya terdiri dari 2 lapis antara lain :
a.       Lapisan luar = epidermis
Tersusun dan dermal-dermal epithelium
b.      Lapisan dalam
Tersusun dari Choanocyte = deretan sel leher masing-masing Choanocyle dilengkapi dengan Flogellum diantara 2 lapisan (lapisan dalam dan luar) terhadap zat antara berupa gelotin yang disebut Mesoglea atau Mesenchym.
4.      Tubuh dilengkapi kerangka yang berupa Spicula-spicula yang berasal dari :
-          Kapur (Ca CO3)
-          Silicat (H9 Si3O2)
-          Campuran kapur + silikat
Kerangka tersebut terdapat didalam lapisan Mesogles.
5.      Tempat hidup
-          Dilaut (kebanyakan)
-          Air tawar (beberapa)
6.      Pada tubuh Porifera terdapat pori-pori sebagai jalan masuknya air yang membawa makanan, kemudian oleh flagela yang ada pada koanosit, zat-zat makanan tadi akan ditangkap dan akan dicerna oleh koanosit atau sel leher. Setelah makanan tercerna, oleh sel amoebosit, maka sari-sari makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Air yang sudah tidak mengandung zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui oskulum. Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga yang disebut mesenkim atau mesoglea tempat dari sel amoeboid dan skleroblast yang merupakan penyusun rangka atau spikula berada. Porifera tidak mempunyai sel saraf. Sel-sel pada Porifera sensitif terhadap rangsang antara lain choanocyt dan myocyt, karena itu gerakan dari flagellum pada choanocyt tergantung pada keadaan lingkungan.


·         Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh porifera belum membentuk jaringan dan organ sehingga porifera dikelompokkan dalam protozoa.Tubuh memiliki banyak pori-pori (ostium) yang merupakan celah masuknya air ke rongga dalam tubuh yang berukuran lebih lebar yang disebut spongocoel. Dari spongocoel, air kemudian keluar melalui oskulum, yang terdapat dipermukaan oral (atas) tubuh.
Struktur anatomi porifera :
1.      Lapisan luar tubuh (epidermis) terdiri dari selapis sel yang membentuk celah-celah kecil yang disebut ostium. Sel yang membentuk dan menggerakkan ostium disebut porosit.
2.      Lapisan dalam (endodermis) terdiri atas sel berbentuk leher yang disebut koanosit. Koanosit memiliki inti, vakuola dan flagela yang berkaitan dengan fungsi sel ini sebagai ‘alat’ pencernaan. Pencernaan terjadi di dalam koanosit, oleh karena itu disebut memiliki pencernaan interseluler.
Antara tubuh bagian luar dan dalam terdapat lapisan tengah (mesoglea/mesenkim) yang terdiri dari 3 model sel, yaitu amubosit dan skleroblast dan arkeosit. Dinamakan amubosit merujuk kepada bentuk dan sifat selnya yang menyerupai bentuk dan sifat amuba, yang mudah berubah bentuk. Skleroblast menghasilkan rangka yang disebut spikula. Spikula umumnya terbuat dari mineral kalsium karbonat dan silika, sedangkan yang lain terbuat dari bahan organik spongin. Sedangkan arkeosit berfungsi dalam reproduksi sel secara seksual.
Porifera belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna.Pencernaan dilakukan secara sederhana dengan cara menyaring makanan, berupa plankton dan bakteri, yang terlarut dalam air. Sel yang berperan dalam proses ini adalah koanosit. Setelah itu, maka tugas selanjutnya, yaitu mengedarkan makanan dilakukan oleh amubosit. Amubosit pula yang berperan mengangkut zat sisa pencernaan untuk dibuang.
·         Cara Hidup dan Habitat
Porifera hidup secara heterotof. Makanannya adalah bakteri dan plankton.Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.
Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.
·         Reproduksi
Porifera melakukan Reproduksi Aseksual maupun Reproduksi Seksual.
1.      Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar. Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi.
2.      Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hermafrodit.



C.    Klasifikasi Filum Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
·         Hexactinellida
Kerajaan     : Animalia
Filum            : Porifera
Kelas            : Hexactinellida (Schmidt, 1870)
Sub Kelas   : Hexasterophora dan Amphidiscophora
Order           : Amphidiscosida
Order           : Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa

Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat utama dari porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas hexactinelida tidak memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas pada bentuk-bentuk ruang yang tersembunyi.
a.         Sub Kelas Hexasterophora
Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster. Contoh Euplectella.
b.        Sub Kelas Amphidiscorpha
Ciri utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh Hyalonema.

·         Demospongiae
Kingdom     : Animalia
Filum            : Porifera
Kelas            : Demospongiae
Ordo            : Halichondrida
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya.  Beberapa bentuk primitive tidak memiliki rangka. Tipe saluran air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang masuk dalam kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.
a.        Sub kelas Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres tetraxonid dan monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak memiliki serat spongin. Tubuh spons ini memiliki bentuk  radial dan perkembangan cortical  axial mengalami kemajuan. Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang primitive menetaskan amphiblastulae.
1.      Ordo Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha primitive  yang memiliki struktur Leuconoid homogen dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa amphiblastula. Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa  spesies tidak memiliki rangka seperti pada Oscarella.
2.      Ordo Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling tidak memiliki beberapa megaskleres tetraxons, biasanya berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae yang khas. Bentuk tubuhnya seringkali  rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat dibedakan secara jelas dan seringkali tersusun atasnlapisan fibrosa di sebelah dalam dan lapisan gelatin di bagian luar.  Contoh Geodia dan Aciculites.
b.        Sub Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.
1.          Ordo Halichondrida
Porifera yang ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres berupa monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres. Contoh Halichondrida, Hymeniacidondan, Ciocalypta.
2.          Ordo Poecilosclerida
Porifera yang masuk dalam ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung megaskleres choanosomal dan dermal.  ContohCoelosphoera dan Myxilla.
3.          Ordo Haplosclerida
Porifera ini kadang-kadang memiliki rangka silikat yang jika ada terbuat dari kategori tunggal dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam suatu anyaman yang diikat dengan perekat spongin.
Contoh Haliclona,. Megaskleresnya  berupa diactinal dan kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi dalam hal ukuran. Jika ada, mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid atau raphdes.
Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan mempunyai rangka dari serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada . Dermal yang terspesialisasi hanya terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu jaringan yang kompleks dari serat spongin bercabang-cabang menembus lapisan dermal. Contoh Callyspongia
4.          Ordo Dictyoceratida
Porifera  yang masuk dalam ordo Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman  dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel lain seperti pasir,kerang ,spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh spongin A.
·         Calcarea
Kerajaan      : Animalia
Filum            : Porifera
Kelas            : Calcarea
        Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini bervariasi dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk koloni yang membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.
a.       Sub kelas Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa  larva amphibalstulae. Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap koanosit muncul dari nucleus. Spikula triradiate biasanya satu helai yang terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang ada pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid yang berasal dari tipe syconoid.
1.         Ordo Leucosolenida
Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh Leucosolenia
2.         Ordo Sycettida
Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid atau Leuconoid. Contoh Sycon.
b.      Sub Kelas Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa parenchymula dan flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit yang menempati  dasar sel.Pada sebagian besar spesies triradiata , spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid yang ada pada sub kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman dari asconoid.
1.          Ordo Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid yang secara permanen serta tidak memiliki membrane dermal atau korteks. Contoh Clathrina
2.          Ordo Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid dengan membrane dermal atau korteks yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3.          Ordo Pharetronida
Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid dan rangka tersusun dari  spikula quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh Petrobiona dan Minchinella.

D.    Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia
·         Sebagai makanan hewan laut lainnya
·         Sebagai sarana kamuflase bagi beberapa hewan laut
·         Sebagai hiasan akuarium
·         Sebagai alat penggosok untuk mandi dan mencuci jenis hippospongia 
·         Porifera yang dijadikan obat kontrasepsi (KB)
·         Sebagai obat penyakit kanker dan penyakit lainnya
·         Sebagai campuran bahan industri (kosmetik)























BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Filum porifera telah ada di laut sejak jaman prokambium sekitar 600 juta tahun yang lalu, berdasarkan cacatan fosil.Asal usul hewan porifera mengisyaratkan hewan ini merupakan turunan dari koloni protozoa jenis 'choanoflagellata'. 'Hewan spons' itulah sebutan untuk filum porifera, disebabkan seluruh permukaan tubuh hewan ini lobang-lubang kecil (pori). Porifera merupakan hewan yang paling sederhana dari organisme multiseluler dan sebagian besar hidup di laut. Saat ini telah ditemukan 5000 - 10.000 species, dan hanya 150 species yang hidup di air tawar, umumnya hewan ini sebagai bentik di perairan.
Porifera bereproduksi melalui dua cara, yaitu secara generatif ataupun secara vegetatif. Reproduksi generatif, yaitu dengan sel-sel kelamin yang dihasilkan oleh sel amoeboid. Porifera termasuk hewan monoesius atau hermafrodit karena dalam satu tubuh bisa menghasilkan dua sel kelamin sekaligus. Reproduksi vegetatif dengan pembentukan tunas ataupun kuncup. Ketika kuncup atau tunas-tunas tersebut lepas akan tumbuh menjadi individu baru. Apabila Porifera berada dalam lingkungan yang kering, maka akan membentuk gemmule atau kuncup dalam yang nantinya juga bisa tumbuh menjadi individu baru.
Tubuh Porifera yang sudah mati dapat dimanfaatkan sebagai penggosok ketika mandi ataupun mencuci. Selain itu, dapat juga dimanfaatkan sebagai hiasan yang ada pada akuarium.



DAFTAR PUSTAKA

Aryulina Diah, Ph.D. 2004. BIOLOGI SMA KELAS 1. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar